9/07/2008

"ketulusan"

1agt07

Ketulusan..hah sebuah kata yang yang sangat sederhana, tapi dapat membuat manusia memikirnya semalaman, menangis berkepanjangan..
Seperti tadi malam, mungkin hanya kata2-kata kecil dari seorang sahabat...tapi imbasnya membuat aku kehilangan arah dan konsentrasi, semoga hanya untuk hari ini. Karena aku sudah sangat menyerah untuk mendefinisikan kata “ketulusan” tersebut.
Lagipula siapa yang benar-benar peduli dengan arti kata ini sebenarnya...mungkinkah hanya orang-orang yang sedang merasa dirinya sedang melakukan hal yang tulus, memberikan hal yang tulus atau sedang merasakan sakitnya sebuah ketulusan. Sakit??? Kalau membuat sakit apa masih dikatakan sebuah ketulusan..entahlah kita bahas saja nanti...
Sebenarnya aku sangat lelah..dan ingin segera mengakhiri ujung dari pembahasan kata ini, tapi mungkin hatiku tidak akan pernah merasa tenang..menutup buku dengan meninggalkan segala pertanyaan..paling tidak dilembar terakhir ini aku memiliki acuan yang tentunya aku sepakati tentang versi “ketulusan” yang juga sesuai dengan diriku...

Bagi banyak orang hal ini sangat tidak penting!! Tapi bagi segelintir orang...hal ini bisa sedikit berpengaruh atas apa yang ingin dilakukan selangkah kemudian.
Disini terutama adalah diri sendiri..tentu saja, sebelum mengatakan apapun kepada orang lain pastikan anda lebih memahaminya, kecuali pada saat bertanya..

Baiklah, kita mulai saja......
Ketulusan versi umum.., banyak yang mengatakan tulus itu adalah sebuah perasaan yang hanya selalu memberi tanpa mengharapkan apapun..
Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang aku baca, ketulusan adalah kesungguhan dan kebersihan hati..dia jujur dan tidak pura-pura.
Sungguh sebuah kata yang hebat..

Seorang sahabat mengatakan..dia tulus mencintai seseorang, karenanya dia tidak akan mengharapkan apapun...hanya berharap orang yang dicintainya menganggap dia ada. Tentang pendapatnya agaknya aku adalah orang yang kurang setuju..
Lihat tulisan yang bergaris bawah, apakah itu bukan sebuah pengharapan walaupun kecil?
Menurutku ketulusan itu relatif dan subjektif, tiap orang berhak memiliki porsi masing-masing untuk mengisi sebuah mangkuk ketulusan. Lagipula didunia ini mana ada yang tanpa pengharapan, manusia tanpa harapan sama saja dengan tanpa nafas, jadi mana mungkin???
Seorang ibu saja tulus menyanyangi anaknya dengan harapan agar kelak anaknya berguna bagi agama, orang tua, nusa dan bangsa. Memang penuh ketulusan, tapi juga akan ada sakit hati jika orang tua merasa anaknya tidak berbakti. Ada orang tua yang dapat mengungkapkan rasa sakit hatinya, ada juga yang hanya mengelus dada karena merasa apapun yang dilakukan tetaplah kasih sayang kepada anaknya tidak akan berubah. Apapun itu yang pasti orang tua juga manusia yang punya perasaan, yang rasa itu bisa bahagia ataupun sebaliknya. Dan pada intinya ketulusan yang dimiliki orang tua juga memiliki perasaan juga. Jadi ketulusan adalah seperti manusia yang hidup dalam diri manusia. Alah...kok makin mengacau...yah itulah yang dinamakan subjektif.
Nah kembali kepada ketulusan yang versi cinta-cintaan. Apa iya, setulus-tulus
nya anda mencintai seseorang tanpa pengharapan apapun...ya gak mungkinlah...semua yang berpendapat begitu hanya karena menyerah, karena orang yang dicintainya tidak memiliki perasaan yang sama, orang yang dicintainya telah pergi atau apapun hal yang serba tidak memungkinkan.
Mencintai seseorang pastinya ingin dicintainya juga, ingin memilikinya, ingin ada saat orang yang dicintainya membutuhkan, dan begitu juga sebaliknya. Tanpa semua alasan itu...ketulusan tidak akan terwujud.
Ketulusan ada karena anda menginginkan sesuatu....

Ketulusan yang sejati hanya ketika Tuhan mencintai kita...tanpa kita melirik Dia sedikitpun, tidak akan ada ruginya. Bahkan ketulusan cinta kita kepada Tuhanpun masih memiliki latar belakang atau pamrih. Kita ingin Tuhan melindungi kita, tapi Tuhan??apa butuh kita melindungi Dia.
Pengalaman hidup manusia juga akan turut menentukan porsi ketulusan dalam dirinya..
Dan ketika aku merasa porsi ketulusan yang aku memiliki masi mengandung unsur-unsur zat egosentrisme, maka aku akan menyebutnya “perasaan yang terdalam” yang mungkin suatu saat dapat berubah karena waktu yang memberikan jalan kearah lain. Saat ini aku sangat memiliki ketulusan yang aku juga tidak tahu sampai kapan batas kesanggupanya akan habis, yang pasti ketulusan yang aku miliki masi sangat penuh dengan pengharapan..hanya saja tidak akan bisa memaksa...

Waaah...akhirnya berakhir sudah penumpahan uneg-uneg ini..,jadi kesimpulannya apa????
Ikuti kata hati..
Yakin,
Dan jalani ketulusan sesuai porsi diri sendiri..
Karena semua ukuran mangkuk manusia berbeda
Sesuai anugerah yang telah diberikan..

Selama mampu dan sanggup..jalani aja..dan wajar jika lelah itu datang dan anda Ingin rehat sejenak.......

Tidak ada komentar: