10/11/2008

"pertemuan"

Setelah seharian aku puas tertidur dan beristirahat dari lelah sepanjang perjalanan Jakarta-Kediri aku mulai tersadar dan langsung bergegas, aku tak ingin menyia-nyiakan waktu yang sedikit ini.

Senja ini aku bagitu rapi, didepan cermin aku lihat wajahku hmm dan sepertinya sudah rapi. Aku memang sengaja dandan secantik mungkin untuk bersiap-siap menemui seseorang. Aku pilih setelan baju warna hitam nan cantik, tak lupa aku rol rambutku agar terlihat lebih rapi, juga tak lupa aku semprotkan parfum dengan aroma feminin pemberian mama. Sekali lagi aku bercermin dan ok! Semua tampak sempurna..tinggal memilih sendal ynag cocok, tak lupa sebelum berangkat aku memotong sekuntum bunga mawar didepan rumah untuk aku persembahkan pada seseorang itu.

Sepanjang jalan motorku melaju begitu lamban, aku sengaja karena ingin menikmati udara yang segar dan langit yang begitu cerah, hmm rasanya sudah lama sekali tak menghirup udara sebersih ini. Aku melewati sepanjang jalan yang begitu banyak kenangan masa kecilku..pohon-pohon tinggi yang tumbuh sejalan denganku, sebuah buk –penutup jalan untuk air sungai- dimana aku dan teman-teman kecilku menghabiskan waktu menunggu buka puasa setelah mengaji, dan jalan yang kulihat makin menyempit ini karena sawah-sawah milik penduduk sepertinya semakin melebar kejalan setapak ini. Sepanjang jalan pikiranku menerawang kebeberapa tahun lalu, sekarang memang tak banyak yang berubah dari tempat ini hanya yang tadinya jalan setapak menjadi sedikit bebatuan karena jalan didepan rumah akan diaspal, dan aku rasa satu-satunya yang sangat berubah adalah aku tak punya teman lagi disini, entah kemana sahabat-sahabat kecilku itu, katanya mereka sudah pada ikut suami masing-masing dan mengurus anak mereka *aku tersenyum saat ada yang mengatakan seperti itu.

Tanpa terasa aku sudah sampai pada tempat yang aku tuju untuk menemui seseorang. Aku mulai memakirkan motorku, semua tampak penuh debu ketika aku menyusuri setiap langkahku, aku mulai bingung ada yang berubah meskipun aku sangat ingat dimana tempatnya, sampai aku temukan warna kesukaanya menjadi warna rumahnya sekarang. Setelah aku temukan aku duduk didepanya, aku persembahkan sekuntum mawar merah yang aku bawa, “ tadinya aku ingin membawa satu ikat mawar Pa tapi mawar didepan rumah belum banyak yang berbunga, melatinya juga demikian karena hujan belum turun..maaf ya Pa”. Sejenak aku diam dan mulai berbicara lagi “Papa apa kabar? Sudah lama sekali kita enggak ngobrol, maafkan setahun yang lalu adek nggak nengokin Papa, kadang-kadang datang kesini bukan suatu jawaban untuk rasa kangen adek, justru membuat segalanya semkain rapuh, Papa pasti mengerti”. Ah..begitu banyak yang aku ingin ceritakan sama Papa, tentang pekerjaan, pengalaman-pengalamanku, teman, juga belahan hatiku. Rasanya ingin meminta banyak pendapat juga dari Papa. “ Pa, aku sangat mencintai Papa dan entah bagaimana cara untuk mengungkapkannya, terkadang rasa kangen ini terasa begitu sangat berat untuk ditanggung, maaf aku menangis setiap kali datang kesini meski katanya itu tak boleh tapi aku rasa Papa akan mengerti. Aku harusnya juga malu setiap datang kesini selalu meminta maaf sama Papa, untuk banyak hal aku mungkin membuat kecewa Papa, aku merasa belum menjadi apa-apa dan terlalu banyak kesalahan yang aku buat, tapi aku harap Papa tetap mencintaiku dengan segala apa adanya, seperti aku sangat mencintai Papa, *rasanya sangat ingin dipeluk Papa saat ini, andai Tuhan mengijinkan sebentar saja* . Semakin lama aku dia disini akan kambuh lagi penyakit lamaku, SESAK. “Pa aku pamit dulu ya, karena aku bingung terlalu bnayak yang ingin aku sampaikan tapi toh Papa hanya diam saja, berdoa untuk Papa dari jauh akan sama saja kan? nanti menjelang lebaran aku akan datang lagi..”

Sambil menaha air mata aku menuju motorku, aku rasa aku sudah sangat siap untuk banyak bercerita kepada Papa lagi tapi nyatanya selalu sama, semakin lama disini semakin membuatku kehilangan kekuatan. Aku mulai menstarter motorku dan kembali kerumah seiring dengan senja.